Kayu jati diameter sekira 28 sentimeter tinggi 27 meter berdiri kokoh di tengah Masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan di Dusun Gomang, Desa Lajulor, Singgahan, Tuban.
Masjid yang dibangun 18 Agustus 1994 ini berada di lingkungan Pondok Pesantren Wali Songo. Selain para santri, masjid ini dipakai warga sekitar untuk salat berjemaah dan kegiatan Islami lainnya.
Pesantren ini didirikan oleh Kiai Nur Nasroh pada 1977. Sementara masjid baru dibangun pada 1994, setelah ada ratusan santri mondok di sana. Modalnya cuma Rp 750 ribu.
Saat itu pembelian kayu dibatasi oleh pemerintah dan jika melebihi batas harus melalui proses yang sangat sulit.
“Tapi Alhamdulillah saya mendapat bantuan dari Pak Miftah yang saat itu menjabat ADM Perhutani dan Pak Sofyan sebagai Asper. Makanya, untuk mengenang nama kami bertiga diputuskan untuk digunakan sebagai nama masjid ini (An-Nur Nurul Miftahussofyan),” cerita Kiai Nur kepada SURYA.co.id.
Saat awal pembangunan, proses mendirikan kayu sebagai tiang utama masjid juga unik. Awalnya, disiapkan dengan cara diberi pengait tali dari kulit bambu kemudian ditarik beramai-ramai.
"Tapi saya berpikir sepertinya tidak mungkin karena kayunya sangat besar. Kemudian sebelum hari H pembangunan, saya coba menariknya sendirian. Anehnya, saat tali yang terbuat dari kulit bambu tersebut saya tarik, tiang utama sebesar itu bisa berdiri. Jelas tidak ada lain lagi, semua berkat bantuan Allah," ujar Kiai Nur.
Dalam pembangunannya satu tiang utama masjid tersebut dibantu dengan delapan tiang kecil sebagai penyangga atap pinggir masjid.
Delapan tiang ditata sedemikian rupa sehingga ketika dilihat dari berbagai sisi tampak jumlahnya sembilan tiang.
Simak video berikut :
Hingga sekarang, bangunan masih berdiri kokoh. Pun Pondok Pesantren Wali Songo, terus berkembang pesat dengan ribuan santri dari berbagai daerah di Indonesia.